Menu Tutup

Berkenalan dengan Ritus Timur – Gereja Katolik Yunani Ukraina

Pineleng, 28 Oktober 2021- Ulang tahun prodi Teologi ke-33 dirayakan secara berbeda tahun ini.  Bertempat di Aula STF Seminari Pineleng, acara dimulai dengan pelantikan pengurus Himpunan Mahasiswa Prodi Teologi.

Selain itu Prodi Teologi mendapat kehormatan mendapatkan kunjungan dari Pastor Rev. Olexander Kenez, seorang imam dari Gereja Katolik Yunani Ukraina (Ukranian Greek Catholic Church). Dia ditemani oleh Sdr. Christian Tombiling, salah satu umatnya yang berasal dari Manado. Pater Olex yang berasal dari Ukrania itu membawa mahasiswa STFSP ke dalam pengenalan yang mendalam tentang kekhasan ritus timur, khususnya tradisi Byzantin. Dengan baik sekali Pater Olex dan Christian membuat peserta talk show memahami 3 keunikan Tradisi Timur, dalam hal pemahaman fisik, praktek iman dan pendekatan-pendekatan mereka terhadap pokok-pokok iman.

Dari segi penampilan lahir kita melihat ada hal yang menarik, seperti pembagian ruang dalam Gereja, adanya dinding ikon atau ikonostasis sebagai penghubung antara ruang umat dan ruang imam, dan pemeliharaan jenggot di antara para imamnya. Gedung Gereja ritus Timur sangat khas. Berbeda dari ritus Latin yang memiliki banyak patung, Gereja ritus Timur memiliki lebih banyak ikon dalam Gerejanya. Ikon-ikon ini menambah sakralitas Gereja, bukan sekedar gambar tetapi sebagai sarana doa. Ikon-ikon itu menambah kekhusukan Gedung Gereja, seolah-olah ikon itu menyerap setiap doa yang dipanjatkan di dalamnya. Di dalam Gereja inilah dirayakan ibadat ilahi, dimana orang bernyanyi dengan mulutnya, tidak menggunakan alat musik lain.  

Dari segi penghayatan iman diuraikan sakramen inisiasi, baptis, krisma dan komuni yang diberikan satu kali. Jadi seorang bayi ketika dibaptis, langung menerima sakramen krisma juga dan meyambut komuni kudus tubuh dan darah Kristus. Di dalam Ekaristi juga digunakan roti yang beragi yang berbeda dari Gereja ritus Latin. Ragi dimengerti sebagai daya hidup yang mengembangkan roti, dan serupa itulah tubuh Kristus diterima.

Pastor Olex juga menyinggung praktek selibat yang sering ditanyakan. Tidak semua imam di Gereja Timur menghidupi selibat, karena mereka boleh memilih sesuai panggilan mereka masing-masing. Tidak seperti di Gereja ritus Latin seorang imam tidak wajib memilih selibat. Dasar pengertian Selibat dan Imamat sebenarnya sama dengan di ritus Barat: yaitu bahwa selibat dan imamat adalah dua jenis panggilan yang berbeda. Perbedaan di Timur dan Barat bukan masalah teologis, melainkan lebih historis dan kultural. Di Timur, imam boleh memilih untuk selibat atau tidak, sesuai dengan panggilan mereka.

Dalam soal pendekatan iman disebut beberapa hal seperti penghayatan akan Maria yang tak terkandung tanpa noda, dan waktu terjadinya transubstansi tubuh dan darah Kristus.  Ritus Timur menghayati perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan Darah Kristus, bukan hanya pada kata-kata institusi saja melainkan pada keseluruhan anaphora (doa syukur agung) bahkan seluruh perayaan Ekaristi. karena itu berbeda dari Gereja Barat, pada saat konsekrasi tidak dibunyikan bel.

Masih ada banyak hal diangkat oleh Pastor Olex dan Saudara Christian. Beberapa kali ditayangkan juga video-video singkat yang menggambarkan liturgi Timur. Sayang sekali waktu tidak memungkinkan untuk melihat atau mengalami ritus timur itu secara langsung. Meskipun demikian, pertemuan ini sangat mencerahkan, karena mengajak mahasiswa memahami Gereja secara integral. Diangkat kata-kata St. Yohanes Paulus II, “Sudah saatnya kita bernapas lagi dengan dua paru-paru.” Gereja Katolik ritus Timur dan ritus Barat bagaikan saudara satu sama lain. Karena itu perlu sekali kita saling memahami.

Bagi Prodi Teologi ini adalah kesempatan emas yang memberi tantangan. Para mahasiswa merasa bangga dengan kekayaan Gereja Katolik. Pengetahuan akan ritus Timur membangun cakrawala yang mencerahkan. Pastor Olex sendiri sangat bersemangat melihat antusiasme para mahasiswa STFSP dan mengatakan ini bagaikan sebuah moment penting dalam sejarah. Pater Olex menganjurkan agar di STF Seminari Pineleng diajarkan juga Patrologi agar mahasiswa mengenal kekayaan tulisan para Bapa Gereja. Untuk menjadi teolog, tidak cukup hanya belajar ibadat saja, tetapi perlu sekali mendalami pemikiran para Bapa Gereja dan menemukan di sana kekayaan pemikiran mereka. Inilah tantangan untuk mencari lebih dalam kebenaran tentang misteri-misteri keselamatan.

Terima kasih Pastor Olex dan Christian. Selamat kepada Program Studi Teologi untuk pengalaman 33 tahun. Selamat menyongsong masa depan penuh harapan.

Posted in Berita STFSP

Related Posts