Pineleng, 12 Oktober 2022
STF Seminari Pineleng mendapat kunjungan dari Professor. Dr. Kris Dierickx dari Centre for Biomedical Ethics and Law, Faculty of Medicine, dari Catholic University of Leuven Belgia. Prof. Kris, begitu ia akrab disapa, mensharingkan pengalaman kehidupan menggereja di Eropa, khususnya di Belgia. Sahabat waktu studi dari Prof. Dr. Johanis Ohoitimur ini mengambil tahun sabatikal dengan mengunjungi Indonesia dan menyempatkan diri memberikan kuliah kepada para mahasiswa dan dosen-dosen STFSP.
Professor Kris mengangkat hasil proses Sinodal di Gereja Katolik Belgia. Dikatakan, akibat arus sekularisasi, minat terhadap agama dan iman merosot tajam. Sebagai contoh, anak-anak muda kurang tertarik lagi masuk Gereja. Memang masih ada tradisi merayakan Natal dan Paskah bersama, tetapi umumnya iman dan agama bukan lagi topic pembicaraan yang menarik hati mereka. Intinya Gereja mulai menjadi tua, yang nampak dari jemaat yang hadir di Gereja umumnya orang yang sudah berusia lanjut, 60 tahun bahkan 75 tahunan. “Saya termasuk yang paling muda,” kata Kris, sambil menyebut umurnya yang sudah mencapai 58 tahun.
Sekularisasi membuat panggilan imamat juga menurun drastis. Panggilan imamat, begitu papar Prof. Kris, biasanya muncul bila ada basic kehidupan iman yang cukup intensif. Tetapi hal seperti itu tidak terdapat lagi. Akibatnya Gereja Belgia sungguh-sungguh mengandalkan awam sekarang ini. Banyak paroki dikelola oleh kelompok-kelompok awam yang setia, sementara pastor yang tinggal sedikit mengerjakan pelayanan sakramen. Beberapa awam mengerjakan tugas-tugas pastoral secara penuh, kecuali pelayanan sakramen ini. Awam bisa mengoordinir ibadat, mengunjungi mereka yang sakit dan sebagainya.