Pineleng, 28 Januari 2023.
Interfidei Yogjakarta bekerja sama dengan STFSP mengadakan dialog interaktif mengenai perdamaian yang bertemakan : Daring To connect ( berani untuk Terhubung ). Selain diikuti oleh perwakilan mahasiswa tiap Prodi dari STFSP, pada kesempatan ini juga, hadir beberapa perwakilan mahasiswa dan dosen dari Unika de la Salle yang diwakili mahasiswa dari fakultas Pendidikan , serta mahasiswa dari IAIN Manado. Bertempat di aula Verhouven STFSP , dialog ini difasilitasi oleh kak Ruwaidah dari Interfidei Yogjakarta dan Kak Aisyah perwakilan dari Komunitas Dialog antaragama di Makassar.
Pada bagian pertama dialog ini, fasilitator mengajak mahasiswa untuk memahami cara-cara dalam usaha membangun perdamaian khususnya dalam hal berbicara dan mendengarkan. Dalam aspek berbicara misalnya kita harus mampu berbicara spesifik, konkret dan terbuka akan input dan perubahan. Dalam mendengarkan, kita harus berusaha untuk mendengar dengan hati tanpa prasangka buruk yang menguasai pikiran kita. Melalui dua aspek inilah kita dapat menjadi agen perdamaian yang kritis.
Selanjutnya, para mahasiswa diminta untuk mencari satu tema secara acak untuk berdiskusi mengenai sesi mencari persamaan diri dan temanku. Ada beberapa pertanyaan pengantar yang mengajak mahasiswa untuk menemukan kesamaan dengan teman diskusinya. Sesi ini menekankan bahwa di dalam hidup bersama, keterbukaan adalah cara untuk menemukan kebersamaan dan pastilah akan timbul rasa bahagia ketika menemukan persamaan yang bermakna.
Pada sesi ketiga , kami di ajak untuk mendengar cerita di balik pagar yg mengisahkan perjuangan rekonsiliasi seorang aktifis di Palestina yang ternyata harus menyeberangi dan menghancurkan tembok prasangka dalam pikiranya dan dalam kehidupan nyata yang penuh peperangan. Selaras dengan ini kami melanjutkan dialog bersama dalam kelompok dimana mahasiswa diajak untuk berefleksi mengenai pentingnya menjadi berani untuk berelasi dengan yang lain (daring to connect) melalui komunikasi tanpa prasangka negatife dan berani menjalankan komunikasi yang terbuka serta menggunakan sarana prasarana secara bijak untuk memupuk toleransi.
Acara ini ditutup dengan sharing kesan dan pesan. Ibu Evi Kasiahe, Dosen Unika de la Salle sekaligus Dosen STFSP memberikan sharing. Dia mengingatkan pepatah klasik “tak kenal maka tak saying”, semakin kita tidak kenal semakin kita tidak mencintai dan semakin mudah untuk memiliki pandangan yang bisa jadi jauh dari positif. Maka dialog ini menekankan kita untuk jangan takut untuk mengenal lebih dalam sekitar kita khususnya agama-agama yang subur di Indonesia ini.
Novelia, Mahasiswi de la Salle, mengungkapkan bahwa ia sangat terkesan dengan kegiatan ini. Pengalaman ini membawa dia pada perubahan untuk lebih terbuka pada perbedaan, ia yakin bahwa kita harus menghargai sudut pandang yg memang berbeda, dan bisa jadi di antara perbedaan pikiran dan pendapat kita dapat menemukan titik tem.