Renungan Katekese Rosario Misioner 22 Oktober 2021
Umat sekalian, tema renungan kita hari ini adalah aku percaya akan kebangkitan badan. Ini adalah artikel kedua terakhir di dalam syahadat para rasul. Bunyinya: Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Amin.
Apa maksudnya Kebangkitan badan? Mengapa tidak aku percaya akan kebangkitan saja? Lalu apa gunanya isi iman ini bagi kita?
Saudara-saudari terkasih, kita tahu bahwa Credo mempunyai beberapa bagian. Bagian yang pertama sekali berisikan iman kita akan tritunggal: akan Bapa Pencipta langit dan bumi, dan akan Yesus Kristus putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita dan seterusnya diuraikan cukup panjang, serta akan Roh Kudus.
Bagian berikut berbicara tentang Gereja. Aku percaya Gereja Katolik yang kudus, dan persekutuan para kudus.
Dan yang ketiga menunjuk pada nasib orang yang percaya: pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Bagian ini adalah keyakinan kita: bahwa kita yang percaya akan Allah Tritunggal dan bersekutu dalam Gereja Katolik mempunyai nasib yang meyakinkan, yaitu bahwa dosa kita diampuni – artinya kita diselamatkan secara utuh lahir dan batin, – dan bahwa kita seutuhnya akan diselamatkan seutuhnya, bukan hanya roh saja melainkan roh dan badan kita, dan bahwa kita akan memperoleh hidup kekal. Artinya hidup bersama dengan Bapa di surga.
Itulah sebab mengapa kebangkitan badan, karena menunjuk pada nasib kita ini, yang berkat kehendak Allah Tritunggal, oleh wafat dan kebangkitan Kristus, dengan bimbingan Roh Kudus dan dalam keterkaitan satu sama lain dalam Gerejanya, akan dengan yakin menghadap tahta pengadilan dengan harapan hidup kekal.
Biasanya orang bertanya? Mengapa disebut kebangkitan badan? Mengapa badan? Badan yang mana yang akan bangkit?
Yang pertama dulu: Ada latar belakang pendapat bahwa manusia terbagi atas jiwa dan badan. Pendapat seperti itu sering diikuti pandangan bahwa jiwa itu serba berdosa dan kurang luhur. Pada saat mati badan membusuk, sehingga yang diselamatkan hanya jiwa saja. Jadi kesimpulannya di surga hanya ada jiwa. Kalau begitu, penciptaan badan sebenarnya tidak terlalu berguna bagi keselamatan. Benarkah demikian? Padahal Allah menciptakan manusia sungguh amat baik, dan itu termasuk badan dan jiwanya. Untuk apa badan diciptakan kalau demikian, jika akhirnya badan hanya akan membusuk dan tidak termasuk dalam kehidupan kekal?
Di situlah iman Gereja: Gereja percaya bahwa Allah menyelamatkan kita seluruhnya: jiwa dan badan. Itu sejajar dengan iman akan penciptaan. Allah menciptakan manusia sungguh amat baik, termasuk pula badannya ini: daging, tubuh. Maka harus dihargai, dirawat, dijaga kesehatannya. Badan adalah kenisah Allah. Dengannya kita menjadi manusia utuh, bisa bekerja, bisa mencintai dan saling bantu membantu. Badan membuat kita bersahabat. Bila anda suami atau istri maka ungkapan cinta Anda akan berarti partisipasi dalam karya Allah Tritunggal secara insentif.
Itu sebabnya Allah Putera menjadi manusia. Verbum caro factum est. Sabda telah menjadi daging. Itulah juga sebabnya Yesus tidak hanya dengan jiwa-Nya naik ke surga, melainkan juga dengan jiwa dan badan-Nya. Benarlah kata St. Ireneus: Ia menjadi manusia, agar manusia bisa ambil bagian dalam keallahan-Nya.
Jadi Pokok pertama: kebangkitan badan menunjuk pada suatu poin kebahagiaan: ktia akan diselamatkan secara utuh. Jiwa dan badan kita akan masuk surga.
Pokok kedua: Apakah semua orang akan bangkit? atau hanya orang yang percaya saja? Jawabannya, ya semua orang. Bukan hanya yang percaya saja. Pada akhir jaman semua orang akan bangkit dan menghadap tata pengadilan. Badan yang manakah yang akan bangkit?