Menu Tutup

Semakin Kuat dalam Mengasihi

RENUNGAN UNTUK DOA ADORASI 24 SEPTEMBER 2021

Bacaan: Luk. 5:17-26

FreeBibleimages :: Jesus heals the paralytic :: Jesus demonstrates His authority to forgive sins by healing a paralysed man (Luke 5:17-26)Saudara-saudari terkasih, ada satu nada tetap dalam pesan Bapa Suci berhadapan dengan pandemic Covid-19. Pesannya adalah tindakan kasih, sekecil apapun. Dulu ketika covid-19 mulai merebak, dan orang harus tinggal di rumah, berhadapan dengan kekerasan hati orang yang ingin keluar dan jalan-jalan tanpa peduli, diserukan: bahwa tinggal di rumah, menahan diri, demi agar penyakit ini tidak tersebar, adalah tindakan kasih. Sekarang ini, ketika vaksin ditemukan dan merupakan jalan paling efektif untuk mengatasi Covid, Paus heran dengan orang yang tidak percaya vaksin. Maka beliau menganjurkan agar kita melakukannya dengan motivasi kasih. Vaksin itu tindakan kecil, tetapi menyelamatkan, bukan hanya kita sendiri, tetapi juga seluruh masyarakat.

Covid membuat kita sadar bahwa kita tidak hidup sendiri. Banyak kesombongan manusia runtuh, kita tidak sepenuhnya menguasai keadaan. Virus yang menyerang seluruh dunia ini harus dihadapi secara bersama, sebagai saudara, saling membantu dan bekerja sama. (Bdk. Fratelli Tutti).

Saudara-saudari terkasih, mari kita ambil inspirasi dari Injil tadi. Peristiwa ini terjadi di tengah kumpulan orang yang sedang mendengarkan sabda Tuhan. Rumah padat, tidak ada jalan masuk, bahkan bagi si sakit yang terbaring di sebuah tilam. Apakah orang-orang ini sedemikian salehnya, sehingga tidak mau bergeser sedikit saja agar orang sakit ini bisa lewat? Tidak tahu. Yang jelas, tiba-tiba ada sekelompok orang yang menjebol atap rumah dan menurunkan seorang yang sakit lumpuh, persis di depan Yesus. Pastilah itu suatu pikiran out of the box. Pastilah ini mengejutkan banyak orang. Banyak reaksi saat itu: terkejut, jengkel dan mungkin juga terharu dan kagum.

Apa kekuatan mereka ini sehingga melakukan tindakan ini? Dua hal: kasih pada orang yang sakit, dan kepercayaan mereka pada Yesus. Apa yang diterima mereka? Dua hal: pertama pengampunan dan kedua penyembuhan. Penyembuhan itu menyentuk hal fisik, tetapi pengampunan menyempuh hal ang lebih dalam lagi: menyentuh hati. Yesus menyembuhkan seluruh pribadi orang sakit ini, berkat cinta dan iman dari orang-orang yang menolongnya.

Saudara-saudara, Apa yang kita bisa pelajari dari peristiwa ini. Ternyata Iman dan kasih yang sejati selalu membuat kita kreatif dan cerdik. Iman dan kasih sejati tidak pernah membuat kita terpasung oleh berbagai macam keterbatasan. seperti itulah yang dibutuhkan sekarang ini.

Situasi pandemic bisa membuat kita dalam banyak hal lumpuh. Orang bukan hanya dibatasi dalam bekerja dan bergaul, tetapi juga seringkali dibatasi dalam doa dan amal baik. Banyak orang merasa diri terkurung dan terpasung, sebagian lagi menyalahkan keadaan, sebagian lagi merasa menyerah saja. Tunggu semuanya selesai. Tunggu saja kalau semuanya sudah reda, baru kita akan seperti sediakala.

Nyatanya, kita tidak bisa tinggal diam saja. Pandemi berlangsung lebih lama dari perkiraan. Akankah kita diam saja menyerah, dan membiarkan penderita tergeletak di pintu karena sesaknya jalan?

Tidak saudara-saudara. Teladan orang-orang yang menjebol atap mengajak kita untuk kreatif untuk melampaui keterbatasan. Motivasinya dua hal tadi: iman dan kasih kita pada penderita.

Syukur pada Allah pandemic telah membuat banyak umat kreatif. Ada sekelompok OMK membuat gerakan menyelamatkan para OJek Online, dengan menghubungkan mereka baik dengan warung-warung makanan maupun dengan pembeli. Yang lain mencoba menghidupkan warung-warung dengan membayar sekian porsi makanan untuk digratiskan bagi masyarakat yang membutuhkan. Yang lain mengadakan kegiatan kreatif bagi anak-anak.

Bagi saya ini adalah bentuk-bentuk menjebol atap yang aktual. Pandemi yang melumpuhkan ternyata tidak mampu melumpuhkan kasih. Kita bisa melampauinya, bukan dengan menabrak dan memperparah situasi, tetapi dengan mencari jalan masuk lain. Orang-orang ini membawa banyak orang sakit kepada Yesus, yang menanti mereka dengan kasih.

Di tengah pandemic banyak orang lumpuh dan menderita. Dibutuhkan lebih banyak lagi orang beriman dan mengasihi. Orang yang tidak sekedar lewat dari pinggir jalan, sebagaimana dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

Pandemik menantang kita untuk bersaudara, menjadi sesama bagi yang membutuhkan, tetapi sekaligus lebih kuat dalam iman dan kasih.

Semoga kita bisa semakin kuat mewujudkannya. Amin.