Makna Lingkaran Pesta Paskah
Paskah adalah pusat dan puncak seluruh tahun liturgi Gereja. Kita merayakan seluruh sejarah keselamatan Allah yang berpuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Itulah misteri Paskah yang merupakan satu kesatuan. Dalam tahun liturgi Gereja kita mengenal Trihari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Vigili Paskah. Trihari Suci diawali dengan minggu khusus yang biasa kita sebut Pekan Suci, dimulai dari Minggu Palma sampai dengan hari Kamis sebelum perayaan kamis putih. Gereja mempersiapkan perayaan Paskah dengan masa persiapan atau masa Prapaskah yang dimulai dari Minggu Prapaskah I sampai dengan Hari Kamis sebelum kamis putih. Selain itu, masa tobat atau puasa / pantang menandai persiapan Paskah. Masa 40 hari ini dihitung dari Hari Rabu Abu sampai dengan Hari Jumat Agung. Rabu Abu dan Jumat Agung adalah hari puasa dan pantang wajib. Seturut tradisi Gereja, hari Jumat Agung dan Sabtu Suci adalah hari-hari Puasa Paskah.
Dalam tulisan ini kita akan mendalami secara singkat makna dari masa-masa khusus ini dalam lingkaran perayaan Paskah berdasarkan teks-teks liturgi.
Masa Prapaskah
Prapaskah sebagai Masa Tobat
Pertobatan merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita. Melalui masa tobat kita mendapatkan kesempatan untuk menjernihkan hati dan budi. Masa tobat juga merupakan kesempatan bagi kita menyiapkan diri untuk merayakan kebangkitan Yesus ada Pesta Paskah. Masa tobat 40 hari dihitung dari Minggu Prapaskah I sampai dengan Hari Kamis sebelum misa kamis putih. Selama 40 hari bangsa Israel mengembara di padang gurun. Musa menghabiskan waktu selama 40 hari di gunung Sinai. Selama 40 hari Elija mengembara di Gunung Horeb. Yesus berpuasa selama 40 hari. Selama 40 hari juga Gereja mempersiapkan diri untuk menyambut pesta Paskah. Berpuasa, berdoa, memberikan amal kasih, mendengarkan sabda Tuhan. Semuanya ini merupakan tanda dan ungkapan pertobatan yang nyata. Masa tobat adalah juga masa permenungan untuk mengarahkan hidup secara baru menuju pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani.
Masa tobat juga memiliki dimensi sosial, kasih dan persaudaraan. Masa tobat merupakan ajakan Tuhan bagi umat untuk meningkatkan ulah bakti dan amal kasih. Kita semua dibina untuk menghayati kasih karunia. Perayaan liturgi merupakan sarana dan kesempatan untuk membina kasih karunia itu.
Prapaskah sebagai Masa Yang Penuh Rahmat
Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat yang dianugerahkan Tuhan kepada umat beriman. Selama masa ini Tuhan menolong kita untuk melepaskan diri dari keinginan dan nafsu tak teratur. Tuhan memulihkan kemurnian hati kita agar di tengah kesibukan duniawi kita tetap mengutamakan panggilan surgawi. Masa prapaskah adalah juga masa pembaharuan dan pemurnian diri. Hidup kita sungguh-sungguh diarahkan kepada Tuhan. Inilah rahmat istimewa yang dialami oleh setiap umat beriman dalam merayakan masa Prapaskah.
Prapaskah sebagai Pantang
Masa Prapaskah selalu dihubungkan dengan sebuah tindakan konkret, yakni pantang. Dosa berakar dari kecenderungan manusia untuk mementingkan dirinya sendiri. Pada masa Prapaskah Tuhan mengundang kita untuk mengucap syukur kepada Tuhan dengan berpantang. Berpantang berarti hidup lebih sederhana dan memberi makan kepada saudara saudari yang berkekurangan. Dengan demikian, pantang memiliki dimensi sosial atau cinta kasih kepada sesama. Kesederhanaan hidup dan kasih kepada sesama yang berkekurangan merupakan contoh hidup Yesus sendiri. Prapaskah mengarahkan kita pada teladan hidup Yesus, yakni “kemurahan hati”. Berpantang berarti kita meniru hidup Yesus yang selalu bermurah hati kepada sesama manusia yang berkekurangan.
Prapaskah sebagai Masa Puasa
Masa Prapaskah Tobat sangat berkaitan erat dengan praktek berpuasa. Ketika kita berpuasa dan bermatiraga, Tuhan melemahkan cacat cela kita, memantapkan hati dan budi, serta menganugerahkan kekuatan untuk mengalahkan dosa. Berpuasa dan bermati raga berarti kita mati bagi diri kita sendiri dengan kecenderungan-kecenderungan manusiawi kita. Kita hidup bagi Tuhan yang selalu memampukan kita menghadapi setiap kelemahan dan keterbatasan manusiawi kita. Kita membiarkan Roh Tuhan berkarya di dalam diri kita, sehingga kita bukan hidup bagi diri kita sendiri, melainkan bagi Dia yang telah mati dan bangkit untuk keselamatan kita.
Masa Prapaskah adalah pengalaman rahmat yang istimewa. Rahmat terbesar tampak perjumpaan dengan Tuhan. Gereja berjumpa dengan Dia yang menguduskan dan membersihkan hidup kita. Dia yang menuntun dan mengarahkan hidup kita ke dalam solidaritas dan kemurahan hati dengan mereka yang berkekurangan. Dia yang menguatkan kita dalam kelemahan dan keterbatasan kita. Dia yang menganugerahkan rahmat kegembiraan dan suka cita. Dia yang menawarkan keselamatan bagi setiap orang melalui misteri paskah-Nya: Sengsara, Wafat dan Kebangkitan. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan inilah yang menjadi motif bagi Gereja untuk mengucap syukur setiap kali mereka merayakan perayaan ekaristi selama masa
Makna Paskah
Dalam perayaan Paskah kita bersyukur kepada Tuhan sebab Kristus, Anak Domba Paskah, sudah dikurbankan dan kini bangkit dengan jaya. Jumat Agung adalah perayaan di mana kita mengenangkan Kristus Anak Domba Paskah yang dikurbankan di kayu salib. Kristus adalah Anak Domba Paskah yang dikurbankan. Kalimat ini berinspirasi dari 1 Kor 5:7: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Dalam perayaan Paskah Israel, orang menyembelih seekor domba yang akan menjadi kurban sembelihan untuk perayaan Paskah. Penyembelihan hewan kurban terjadi pada tanggal 14 bulan Nisan (bulan pertama dalam kalender Yahudi) pada sore hari, tepatnya pada jam 3 sore. Menurut kesaksian Penginjil Yohanes, pada saat orang Yahudi mengurbankan anak domba untuk perayaan Paskah mereka, pada saat itulah Yesus mengurbankan diri-Nya di atas kayu salib. Yesus adalah Anak Domba sejati. Kita merayakan Kristus Anak Domba sejati yang kini bangkit dengan jaya. Itulah Paskah. Kematian Kristus