Menu Tutup

Mengenal Antifon Asperges dan Vidi aquam

Stenly Pondaag MSC

Antifon Asperges dan Vidi aquam berfungsi sebagai nyanyian pengiring untuk pemercikan air suci dalam perayaan ekaristi hari minggu. Sampai dengan Missale Romanum 1962, ekaristi hari minggu diawali dengan ritus pemercikan air suci sebagai persiapan misa bagi umat yang berkumpul, sekaligus sebagai kenangan akan pembaptisan. Sementara imam memerciki umat dengan air suci, antifon Asperges (di luar masa Paskah) atau Vidi aquam (pada masa paskah) dinyanyikan. Missale Romanum 1970 (juga TPE 2005) menempatkan ritus pemercikan air suci sebagai bagian (alternatif) dari pernyataan tobat. Dalam perayaan ekaristi hari minggu, terutama pada masa paskah, pernyataan tobat bisa diganti dengan pemberkatan dan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan. Tentu saja, Asperges atau Vidi aquam bisa dinyanyikan sebagai pengiring ritus tersebut. Dalam ekaristi malam Paskah, khususnya pada bagian liturgi baptis, antifon Vidi aquam bisa dinyanyikan, sementara Imam memerciki umat dengan air suci sebagai kenangan martabat dan panggilan mereka lewat pembaptisan.

Apa makna antifon Asperges dan Vidi aquam dalam konteks perayaan liturgi? Berikut adalah teks Asperges menurut Graduale Romanum:

Asperges me, Domine, hyssopo et mundabor,
Lavabis me, et super nivem dealbabor.
Miserere mei, Deus, secundum magnam misericordiam tuam.

Percikilah aku Tuhan dengan hisop, dan aku menjadi tahir:
Basuhlah Aku, dan aku akan menjadi lebih putih dari salju.
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut rahmat-Mu yang besar.

Mazmur 51,9 merupakan sumber biblis dari Asperges: “Bersihkanlah aku dari dosaku dengan hisop, maka aku akan menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku akan menjadi putih seperti salju”. Dalam Mazmur 51, ungkapan tobat dan permohonan pembersihan dosa diletakkan ke dalam mulut Raja Daud, sesudah ia melakukan dosa dengan Betseba. Umat yang beribadat masuk ke dalam situasi permenungan tobat dan sesal Raja Daud, ketika mereka menyanyikan Asperges di dalam ritus kenangan akan pembaptisan. Ya, pembaptisan memiliki dimensi pertobatan. Pembaptisan mengubah kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus. Namun, kita masih hidup di dunia dan tetap terbelenggu oleh dosa. Maka, ritus ini mengingatkan kita akan kualitas hidup yang berpangkal pada pembaptisan; hidup yang berakar dan terarah kepada Tuhan. Dialah yang telah mengangkat dan membersihkan hidup kita dari dosa.

Pada masa paskah, ritus pemercikan air berkat dalam ekaristi hari minggu (dan malam paskah) bisa diiringi dengan antifon Vidi aquam. Berikut ini adalah teks Vidi aquam sesuai dengan Graduale Romanum:

Vidi aquam egredientem de templo, a latere dextro, Alleluia:

Et omnes ad quos pervenit aqua ista, salvi facti sunt,
Et dicent: Alleluia, Alleluia.

Saya melihat air mengalir keluar dari Bait Suci, dari sisi kanannya, Haleluya:
Dan semua yang menerima air ini diselamatkan,
Dan mereka akan berkata: Haleluya, Haleluya.

Dalam Graduale Novum ditambahkan juga ayat berikut: Confitemini Domino quoniam bonus, quoniam in saeculum misericordia ejus (Graduale Novum, hlm. 324).

Teks Vidi aquam bersumber dari Yehezkiel 47,1.9. Teks biblis ini berbicara tentang penglihatan di Bait Allah (Yeh 47,1-9): “Kemudian ia membawa aku ke bait suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang bait suci dan mengalir menuju ke timur; sebab bait suci juga menghadap ke timur” (Yeh 47,1); “sehingga kemana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab kemana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan kemana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup” (Yeh 47,9). Di dalam air yang hidup, yang keluar dari sisi kanan bait Allah, pembaca Kristen melihat gambaran Kristus yang ditinggikan di kayu salib, dari lambung-Nya mengalirlah darah dan air (Joh 19,34). Dari lambung Kristus yang tertikam mengalirlah sakramen Gereja. Air menunjuk pada pembaptisan. Air memiliki daya untuk membersihkan tetapi juga menggambarkan rahmat Allah yang mengalir kepada setiap orang. Di mana rahmat itu mengalir, di situ ada kelimpahan hidup. Di dalam gambaran air, umat beriman melihat rahmat Allah yang mengalir dan membersihkan setiap orang dari dosa. Rahmat adalah anugerah pembaptisan. Dengan pembaptisan, setiap umat beriman dipanggil untuk menjadi saluran berkat Allah bagi orang lain.

Teks Confitemini Domino bersumber dari Mazmur 118,1. Mazmur 118 dikenal sebagai mazmur syukur yang didaraskan di dalam konteks peribadatan di bait Allah Yerusalem: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya”. Ayat tersebut berisikan seruan untuk bersyukur kepada Tuhan. Ada dua alasan untuk mengucap syukur, yakni kebaikan Allah (bonus) dan belas kasih-Nya (misericordia). Alasan pertama (quoniam bonus) menunjuk pada eksistensi Allah sebagai pencipta segala sesuatu, sedangkan alasan kedua (quoniam in saeculum misericordia ejus) menunjuk pada karya keselamatan dan kesetiaan-Nya pada perjanjian dengan bangsa Israel. Di dalam Kristus yang bangkit, umat beriman melihat secara baru kebaikan dan kasih setia Allah. Kebangkitan Kristus adalah pembaharuan ciptaan baru, sekaligus juga puncak dan pemenuhan karya keselamatan Allah bagi manusia. Melalui pembaptisan, umat yang berkumpul mendapat anugerah ciptaan baru. Karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus terus menerus dialami secara baru oleh masing-masing pribadi. Karena itulah, mereka mengungkapkan syukur kepada Tuhan lewat kata-kata pemazmur: Bersyukurlah kepada Tuhan.