Menu Tutup

ORANG MUDA KATOLIK GENERASI 4.0 SEBAGAI MASA DEPAN GEREJA

ORANG MUDA KATOLIK GENERASI 4.0 SEBAGAI MASA DEPAN GEREJA

Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Ada masa dulu dan ada masa sekarang. Dalam sejarah gereja ada masa dimana Yesus mulai berkarya untuk mewartakan injil di Galilea. Ada masa para rasul yang melanjutkan karya Yesus yang telah naik ke sorga. Disusul kemudian zaman post para rasul yang masih dekat dan mengenal langsung para rasul itu sebagai guru mereka. Lalu ada masa yang disebut para bapa gereja atau zaman Patristik yang bisa dikatakan mulai tahun 150, yaitu zaman St. Irenaeus sampai zaman St. Agustinus tahu 450; dan dilanjutkan lagi ada masa sampai tahun 1000 yang disebut abad pertengahan. Lalu disusul kemudian zaman skolastik tahun 1200 dengan tokoh yang terkenal adalah St. Thomas Aquinas, OP dan St. Bonaventura OFM, dan juga St. Fransiskus dari Asisi, pendiri dari ordo OFM itu. Tahun 1500 ada peristiwa yang penting yaitu penemuan benua Amerika oleh Christoforus Columbus pada tahun 1492 dan munculnya protestantisme tahun 1517 oleh seorang Imam Katolik dari ordo Santo Agustinus yang Bernama pastor Martin Luther OSA. Selama 1500 tahun itu gereja katolik mengalami zaman keemasan dan mendominasi budaya dan kehidupan masyarakat di eropa atau didunia yang sejauh dikenal pada waktu itu. Tokoh-tokoh yang berperan sejak Tuhan Yesus sendiri, para rasul dan semua generasi penerusnya pastilah adalah orang-orang muda. Sehingga kalimat pada awal tadi bisa diperbaiki sedikit: setiap masa ada orang mudanya; dan setiap orang muda ada masanya.

Kemajuan Ilmu dan Teknoogi sejak “Zaman Pencerahan”

Selama 1500 tahun pertama gereja katolik telah menjadi institusi social yang memberikan tata nilai, makna hidup, keterlibatan social, seni dan ilmu pengetahuan, serta perilaku masyarakat di eropa yang diwarnai oleh semnagat iman yang satu – kudus – katolik – dan apostolik. Ketika tahu 1517 Marthin Luther mendirikan proteatantisme, maka agama Kristen di eropa mulai terpecah dan suasana kehidupan yang stabil selama berabad-abad mulai berubah. Penemuan benua Amerika oleh Christoforus Colombus membuat orang-orang eropa yang berperang karena alasan agama pindah ke Amerika untuk mencari kebebasan baru. Demikian pula penemuan-penemuan benua baru seperti Australia dan Oceania di lautan pasifik membuat orang-orang Eropa bisa pindah kesana. Maka budaya dan agama Kristen dari Eropa dibawa pula ke Amerika dan Australia, Asia Timur dan Asia Tenggara.

Permulaan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara teoritis dimulai pada zaman “fajar budi” atau abad pencerahan yang dalam Bahasa inggris disebut “enlightenment” (pencerahan) dan terkenal pula dengan nama Bahasa Jerman “Aufklarung” dan Bahasa Perancis “renaissance” (kelahiran Kembali budaya Yunani Kuno) berupa pemikiran rasional, kritis, analitis, metodologis sudah dimulai pada tahun 1500. Tetapi baru pada Tahun 1800 ilmu pengetahuan itu menjadi praktis dan aplikatif setelah ditemukan pelbagai macam alat-alat teknologi seperti mesin uap, mesin cetak, telepon, listrik dan bola lampu. Periode penemuan alat-alat untuk industri paling awal itu disebut Revolusi Industri 1.0.

Revolusi industri yang disebut 1.0 sampai 4.0

Industry 1.0 dimulai pada akhir abad ke-18 dengan penggunaan mesin sebagai alat produksi barang secara masal. Permulaannya terjadi pada tahun 1784 dengan kemampuan manusia memroduksi barang secara cepat dan dalam jumlah yang banyak. Usaha-usaha memroduksi barang yang semula hanya hanya mampu melayani sejumlah kecil konsumen, kini menjadi lebih besar dan bisa menjangkau sangat banyak konsumen. Revolusi industry 1.0 ini dicirikan oleh kualitas barang, efisiensi dan jumlah yang besar.

Revolusi industry 2.0 dimulai pada awal abad ke -20 ketika proses produksi dilaksanakan dengan mesin tenaga listrik dengan system “ban berjalan”. Produksi suatu barang dilakukan dengan cara membaginya dalam komponen-komponen kemudian dirakit atau system assembly (penggabungan). Dengan system produksi ini maka bisa dilakukan pembagian tugas dan juga pembagian waktu bekerja bergantian dan mesin bisa berjalan terus. Seorang insinyur Amerika Fredrik Taylor memperkenalkan cara kerja semacam itu untuk mengoptimalkan fungsi para pekerja, alat-alat dan tempat bekerja.

Revolusi industry 3.0 dimulai pada akhir abad ke -20 dengan munculnya penemuan perangkat lunak elektronik, transistor dan mesin-mesin otomatis yang bisa menggantikan tenaga manusia. Dimulainya penerapan PLC (Programmable Logic Controller) pada tahun 1960 adalah salah satu tonggak dimulainya revolusi 3.0 dengan pengunaan otomatisasi produksi dengan tenaga listrik. Penggunakan otomatisasi mesin produksi dengan perangkat keras (hardware) kemudian disambungkan dengan system computer atau perangkat lunak (software). Dengan system komputerisasi itu dilakukan perencanaan produksi, proses produksi, sampai kepada pemasarannya sehingga bisa dilakukan managemen rantai pemaokan barang (supply chain management).

Revolusi industry 4.0 dimulai tahun 1990an dengan menjamurnya penggunaan internet dan industri telekomunikasi yang mempercepat cara manusia berkomunikasi satu sama lain. Terjadi pula sebuah perubahan pardigma dalam menghasilkan suatu produk yang bisa melampaui fisik dan dunia virtual. Cyber Physical Systems (CPSs) atau system digital mengaburkan batas fisik dan virtual dan menghasilakn system teknologi baru yang menggeser (terjadi disrupsi) terhadap system teknologi lama. Penggunakan CPS untuk menyebarkan, menganalisa dan menuntun tindakan cerdas dalam pelbagai proses industry telah membuat mesin semakin cerdas dan canggih (smarter). Mesin yang cerdas itu kemudian dapat memonitor, mendeteksi dan memprediksi kesalahan sehingga mesin cerdas itu juga bisa mengusulkan perbaikannya. Dengan demikian proses produksi barang yang dilakukan oleh industry akan lebih akurat dan berkualitas. Proses yang sama bisa dilakukan untuk bagian distribusi barang atau pemasaran sampai ke konsumen. Proses industry 4.0 membuat semuanya lebih cepat, lebih murah dan lebih tepat sasaran. Revolusi industry 4.0 ini baru saja dimulai dan masih dlam tahap awalnya, sehingga masih akan bertahan untuk beberapa tahun kedepan sebelum digantikan oleh perkembangan revolusi industry tahap berikutnya, yang mungkin bisa disebut Revolusi industry 5.0.

Tanggungjawab Orang Muda Katolik Generasi 4.0.

Anak yang lahir sejak tahun 2000 sudah langsung masuk generasi 4.0 yang disebut juga generasi milenial. Kata milenial itu berkaitan dengan pergantian millennium atau pergantian masa 1000 tahun Ketika dunia memasuki abad 21 sejak tahun 2000 tersebut. Di bidang dibidang kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi, generasi milenial langsung masuk ke tahap system media sosialdan aplikasi, tanpa mengetahui atau merasakan zaman dimana orang belum mengenal internet dan handphone, wifi dan pelbagai macam aplikasi yang tidak terhitung lagi banyaknya sekarang ini.

Dari segi pewartaan gereja, Orang Muda Katolik (OMK) 4.0 terpanggil untuk mewartakan kristus melalui media social. Kemampuan mereka sebagai generasi milenial untuk menggunakan medsos harus dimanfaatkan untuk menyebarkan kebaikan dengan cara membagikan pengalaman iman dan penyertaan Tuhan dalam hidup mereka. Mereka harus dengan bijak mampu menggunakan media social supaya terhindar dari bnahaya dan pengaruh negative. Mereka tidak boleh menjadi korban dari penggunaan media social yang salah, melainkan harus menjadi pemakai yang cerdas dan bertanggungjawab. Karena media social adalah sebuah alat ditangan manusia, bagaikan sebuah pisau yang tajam. Alat itu bisa dipakai dengan baik untuk memotong apa saja sesuai dengan kebutuhan, namun bisa juga dipakai untuk memotong jari sendiri atau unutk membunuh orang. Media social bisa sangat membantu dengan efektif, namun bisa juga mencelakakan penggunanya.

Pesan dan saran untuk OMK (Orang Muda Katolik) Milenial

Orang muda katolik generasi milenial dalam revolusi industry 4.0 adalah bagian dari perkembangan zaman dan kemajuan manusia. Perkembangan dan kemajuan itu melalui proses yang panjang pada masa lampau, dan akan terus berlangsung untuk masa yang akan datang. Tantangan Orang Muda Katolikj generasi milenial mempunyai ciri khasnya yang tidak dialami oleh generasi masa lampau. Tuhan memanggil orang-orang muda dalam setiap generasi untuk berperan dengan baik dalam kehisupan menggereja. Maka orang muda katolik generasi milenial harus mampu mencari dan menemukan peranannya yang khas dan menjalankan peran itu dengan baik. Tantangan juga tidak sedikit karena disamping ada banyak kemajuan, ternyata dunia juga dilanda oleh pandemic yang cepat menyebar justru karena manusia saling berkontak dengan mudah melalui transportasi dan mobilitas yang begitu mudah dan lancar. Pandemic dan media social telah menciptakan pola relasi baru dimana manusia tetap bisa saling berkomunikasi sambil tetap menjaga jarak. Kontak personal dan segi afeksi berkurang karena relasi jarak jauh lebih bercorak lebih bercorak kognitif dan formal. Semoga pandemic virus covid-19 ini segera berlalu, sehingga kita bisa hidup dalam sebuah kenormalan baru yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan Kesehatan.