Menu Tutup

“Tuhan Bersamamu – Dan bersama Rohmu”

“Tuhan Bersamamu – Dan bersama Rohmu”

Sesudah tanda salib imam menyampaikan salam liturgis kepada umat untuk menunjukkan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah mereka: “Tuhan bersamamu”. Umat menanggapi salam tersebut dengan mengatakan: “Dan bersama Rohmu”. Masih tiga kali kehadiran Tuhan dalam perayaan ekaristi dipertegas dengan rumusan salam tersebut: sebelum pewartaan Injil, undangan pada Doa Syukur Agung dan sebelum berkat dan perutusan. Salam liturgis tersebut dengan jawaban dari umat memperlihatkan misteri Gereja yang sedang berkumpul (PUMR 50).

Konteks Kitab Suci

Tuhan bersamamu (Dominus vobiscum) merupakan rumusan salam yang berasal dari Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama kita menemukan kata-kata yang hampir sama dalam Rut 2:4 (bentuk jamak): “Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: Tuhan kiranya menyertai kamu. Jawab mereka kepadanya: Tuhan kiranya memberkati tuan”. Bentuk tunggal terdapat dalam Hak 6:12: “Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya (Gideon) dan berfirman kepadanya demikian: Tuhan menyertai engkau, ya Pahlawan yang gagah berani”. Rumusan salam tersebut terdapat juga di dalam Perjanjian Baru. 2 Tes 3:16 berisikan sebuah permohonan doa restu di mana rumusan salam disampaikan dalam bentuk jamak: “Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian”. Bentuk tunggal terdapat dalam salam dari Malaikat Gabriel kepada Maria dalam Luk 1:28: “Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”.

Dalam pengertian Kitab Suci Tuhan sertamu mengungkapkan penegasan positif atas kehadiran Tuhan. Kutipan dari Rut 2:4 bahkan memperlihatkan betapa dekat hubungan antara kehadiran Tuhan dan berkat. Dalam Perjanjian Lama Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai Dia yang senantiasa menyapa dan dekat dengan manusia. Eksistensi Allah adalah berada bersama dengan manusia. Dalam Perjanjian Baru, rumusan Tuhan bersamamu dipakai sebagai salam penutup sebuah surat. Dengan demikian rumusan salam ini merupakan sebuah penegasan penuh harapan akan kehadiran Tuhan di tengah jemaat-jemaat setempat dan pemimpin-pemimpinnya.

Umat menjawab sapaan imam dengan Dan bersama rohmu (et cum spiritu tuo). Ungkapan ini mengingatkan kita akan ungkapan khas yang dipakai sebagai penutup surat-surat dalam Perjanjian baru: Gal 6:18; Fil 4:23; Fil 25; 2 Tim 4:22a; 1 Tes 5:28; 1 Kor 16:23.

Gal 6:18                Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu.

Fil 4:23                 Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu.

Fil 25                     Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu.

2 Tim 4:22a         Tuhan menyertai rohmu.

1 Tes 5:28             Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita menyertai kamu.

1 Kor 16:23         Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa di dalam semua rumusan kata benda rohmu – roh kamu dapat dipertukarkan dengan ganti orang menyertai kamu. Jelaslah di sini bahwa kata roh (pneuma) menunjuk pada orang yang disapa. Pemahaman ini dapat dimengerti dalam konteks alam pemikiran dan bahasa semitis (bahasa ibrani) yang mengerti kata roh (ruah) sebagai deskripsi diri orang yang menyapa atau pun orang yang disapa. Temuan di atas berbeda dengan pernyataan dalam 2 Kor 3:17 di mana kata roh (pneuma) secara jelas menunjuk pada Tuhan: “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”.

Penafsiran dalam tradisi Gereja

Dalam Tata Gereja awal yang biasa disebut Tradisi Apostolis (sekitar abad ke 4) rumusan Tuhan bersamamu – Dan bersama rohmu pertama kali dipakai di dalam perayaan liturgi. Sejak Tradisi Apostolis (traditio apostolica) rumusan itu sudah ditempatkan dalam dialog pembuka Doa Syukur Agung:

Dominus vobiscum  – (et omnes dicant) Et cum spiritu tuo (TrAp 4).

Makna dari kata Roh (spiritus) ditafsirkan juga atas cara yang berbeda-beda. St. Yohanes Chrisostomus (†407) menjelaskan bahwa roh (spiritus) menunjuk pada kehadiran Roh Kudus yang direpresentasikan melalui anugerah jabatan sebagai uskup atau imam. Penjelasan ini menjadi norma umum pada kehidupan Gereja selama abad pertengahan (antara abad ke 6 dan 15). Gereja purba juga menafsirkan roh itu berdasar pada 2 Kor 3:17: Roh dalam rumusan liturgi sama dengan Tuhan sendiri. Tak jarang penafsiran terhadap kata roh terlalu bernuansa klerikalistis. Ungkapan Bersama rohmu menunjuk pada kehadiran Roh Kudus yang diberikan melalui jabatan imamat dalam diri para tertahbis (uskup / imam). Karena itu, sejak awal abad pertengahan sampai sekarang rumusan Tuhan bersamamu – Dan bersama Rohmu hanya dikhususkan bagi mereka yang ditahbiskan. Bahkan saat ini uskup memiliki rumusan salam sendiri: “Damai sertamu”. Mereka yang tidak tertahbis menggunakan salam lain, seperti Domine exaudi orationem meam – Et clamor meus ad te veniat.

Makna Salam Liturgis

Perayaan ekaristi mulai pada saat masing-masing individu berangkat dari rumah masing-masing dan berkumpul di gereja sebagai sebuah umat Gereja. Tindakan berkumpul tersebut diakhiri dengan prosesi masuk imam dan petugas liturgi lainnya, dan juga dengan membuat tanda salib dengan rumusan trinitaris dan salam liturgis: Tuhan bersamamu – dan bersama rohmu. Dengan demikian umat yang berkumpul satu sama lain (dalam dialog dengan imam) menegaskan kehadiran Kristus dalam Roh Kudus. Sebab di dalam nama Kristus dan melalui Roh Kudus umat berkumpul dalam perayaan Ekaristi.

Jawaban umat Dan bersama rohmu bukanlah semata-mata sebuah penegasan akan Roh yang dianugerahkan oleh imam berdasarkan kuasa tahbisannya. Lebih dari itu, roh di sini berarti Roh Kudus yang dianugerahkan dalam pembaptisan. Roh itu menghubungkan semua anggota Gereja dengan Kristus dan mereka satu sama lain. Pemahaman ini sejajar dengan kesaksian biblis sebagaimana yang termuat dalam penutup surat-surat Paulus. Roh diidentikkan dengan orang yang disapa (bersama rohmu / roh kamu – bersamamu).

Biasanya sebuah salam mengungkapkan sebuah harapan, permintaan atau permohonan. Namun rumusan liturgis Dominus vobiscum (“Tuhan bersamamu”) bukanlah sebuah permohonan atau keinginan, melainkan sebuah penegasan akan kehadiran Tuhan. Karena itu rumusan semoga Tuhan beserta kita tidaklah tepat.