Sabtu, 8 Februari 2020
Dua buah buku baru karangan para dosen STFSP dibahas dalam acara Bedah Buku STFSP di Aula STFSP. Buku yang pertama bernafas Filsafat dengan judul “Melangkah dengan akal budi, karsa dan karya” merupakan karya bersama beberapa dosen Filsafat Sekolah Tinggi ini. Sedangkan buku yang kedua “Matuari Wo Tonaas” merupakan buah karya dari Dr. Paul Richard Renwarin, dosen Antropologi STFSP yang telah makan asam garam di dunia antropologi baik di Sulawesi maupun di Papua. Buku pertama merupakan persembahan beberapa dosen muda untuk Prof. Dr. Johanis Ohoitimur, dosen senior Filsafat Metafisika STFSP dalam rangka perayaan 40 tahun hidup membiaranya.
Pembedah buku pertama adalah Dr. Ignasius Welerubun, S.S., MA. juga dosen STFSP yang baru saja menyelesaikan disertasinya dalam bidang Sosiologi di Universitas Gajah Mada. Menurut beliau buku ini lebih merupakan karya bunga rampai dari beberapa penulis dari tema-tema kecil yang selama ini digumuli oleh Johanis Ohoitimur. Masih banyak lagi pemikiran yang perlu digali dan diungkapkan untuk dapat sungguh-sungguh menampilkan sosok Johanis Ohoitimur.
Mengomentari buku yang dipersembahkan baginya itu Johanis Ohoitimur memancing para mahasiswa dan dosen untuk lebih banyak lagi menulis. Filsafat yang sejati perlu berangkat dari penelitian dan menyentuh kehidupan nyata sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berguna bagi masyarakat. Dia sendiri masih aktif menulis sampai sekarang, di sela-sela kesibukannya sebagai dosen. Johanis Ohoitimur yang sekarang juga merangkap sebagai Rektor Universitasa Katolik de La Salle Manado sudah menerapkan ilmunya itu di berbagai bidang, termasuk di dalam etika pemerintahan di Sulawesi Utara. Ia aktif di Himpunan Dosen Etika Indonesia dan aktif menulis berbagai buku.
Buku kedua ditelaah oleh Antropolog Sulawesi Utara Alex Ulaen, DEA dengan judul makalahnya “Aroma Strukturalisme atau Simbolisme dalam ‘Matauari wo Tonaas’ karya PR Renwarin.” Tidak banyak buku yang berbicara tentang identitas masyarakat Minahasa dan buku ini adalah salah satu yang memberi kontribusi penting untuk mengenal Minahasa. Cardo Renwarin, demikan sapaan akrab P.R. Renwarin, menyebut bukunya sebagai hasil dari pencarian identitas. Buku yang diolah dari penelitian lebih dari sepuluh tahun ini menyajikan berbagai kekhasan Manado. Ada kolektivitas dalam prinsip Matuari dan di sisi lain terdapat juga potensi konflik dalam konsep Tonaas. Namun dalam istilah Minahasa terkandung suatu semangat persatuan.
Bedah buku yang dimoderatori oleh Dr. Barnabas Ohoiwutun, yang merupakan editor dari buku pertama, merupakan usaha STFSP untuk mengembangkan kegiatan penelitian dan penulisan di kampus STFSP. Kegiatan ini tentu akan diikuti dengan kegiatan-kegiatan lain. Bravo STFSP.