Menu Tutup

Webinar Filsafat: Homoseksualitas

Pineleng – Roma 25 Februari 2022

Webinar Seri Diskursus Filsafat kali ini menghadirkan dosen STFSP yang baru saja menyelesaikan Kursus Diplome for Church Safeguarding di Roma, Italia, Pastor Julius Sodah, S.S., S.Psi, Psi. Tema yang dibawakan adalah tentang seluk beluk Homoseksualitas dari sudut pandang Psikologi. Beliau memaparkan perkembangan pandangan tentang realitas  homoseksualtas ini. Ada pandangan yang melihat homoseksualitas sebagai penyakit. Ada pula sebagai kelainan yang tidak normal. Namun ada juga pandangan yang menyebut homoseksualitasebagai kelainan yang normal saja.

Begitu pun, menurut Julius, ada perkembangan tentang yang namanya jenis kelamin. Ada masa dimana kita hidup dalam pandangan binary yang mematok jenis kelamin hanya pada dua realitas: laki-laki dan perempuan saja. Sekarang ini sudah muncul pandangan yang merangkul realitas lain: feminim, maskulin, transgender, cisgender dan seterusnya.

Konsekuensi dari dunia terapi juga bermacam-macam. Ada pendapat yang menyarankan suatu terapi untuk merubah (conversi) kecenderungan homoseksual. Yang lain terapi untuk membuat orang merasa nyaman dengan orientasi seksualnya, untuk berefleksi apakah ia nyaman dengan dirinya dan bagaimana beradaptasi dengan situasinya.

Webinar ini dimoderatori oleh Frater Zakharias Mayabubun dan diikuti oleh lebihd ari 110 peserta baik dari STF Seminari Pineleng maupun dari luar daerah. Pertanyaan-pertanyaan diajukan dan terutama berkaitan dengan hubungan antara kecenderungan homoseksual ini dengan pembinaan calon imam. Apakah seorang calon imam yang mempunyai kecenderungan homoseksual masih dapat menghidupi panggilannya atau tidak? Bagaimana membina orang-orang dengan kecenderungan ini.

Pastor Julius Sodah merujuk prinsip cinta kasih terhadap orang-orang dengan kecenderungan Homoseksual. Mereka sendiri harus bertanya terhadap orientasi yang mereka miliki. Apakah dengan kecenderungan yang mereka miliki mereka sungguh-sungguh dapat menjalani panggilan ini. Kadang-kadang tidak cukup tersedia pembina-pembina yang cakap untuk membimbing mereka. Dan tentulah  suatu kongregrasi berhak untuk mengatakan bahwa mereka tidak dapat membina orang-orang seperti ini bila memang tidak mempunyai kemampuan untuk mendampingi mereka.

Perlu kejujuran dan sikap realistis juga. Meskipun tidak dapat digeneralisasi, ada kesulitan cukup besar bagi orang dengan orientasi homo seksual untuk menghidupi hidup selibat dan tuntutan-tuntutannya. Tidak berarti bahwa kaum heteroseksual tidak mempunyai kesulitan seperti itu. Perlu kejujuran dan keberanian untuk menghadapinya sambil mencari kehendak Tuhan yang terbaik. Terutama sekali pada masa-masa awal pembinaan atau sebelumnya. Screening dan seleksi perlu memperhatikan hal-hal ini. “Tentu bukan masalah screening yang paling menentukan,” begitu papar Julius Sodah, “tetapi juga soal kematangan seseorang.” Ada banyak kenyataan bahwa orang yang dalam pembinaan baik-baik saja kelihatannya, ternyata menyimpan ketidakmatangan seksual yang akut dan berbahaya.

Webinar diakhiri dengan tanggapan dari Pastor La Eddy, magister Novisiat MSC  Sananta Sela Jawa Tengah yang memberikan perspektif dari sudut pandang pembinaan.

 

Posted in Seminar

Related Posts